Banyak Konten Negatif, Aplikasi Tik Tok Akhirnya Diblokir Pemerintah


LUTIMNEWS.COM – Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkminfo) memblokir aplikasi Tik Tok pada Selasa (3/7). Sebelum diblokir, Kemenkominfo mengantongi 2.853 laporan masyarakat yang mengaku resah dengan keberadaaan apliaksi Tik Tok.

 

Salah satu alasan pemblokiran lantaran ada banyak konten negatif, terlebih kebanyakan pengguna Tik Tok berasal dari kalangan anak-anak dan remaja.

Pengamat sosial budaya Devie Rahmawati menilai masalah ini sebenarnya tidak terletak pada aplikasi Tik Tok, melainkan muncul lantaran kruangnya pengawasan dari orang tua. Menurut Devie, Tik Tok dan aplikasi sejenis menawarkan panggung dan sarana aktualisasi diri yang dibutuhkan anak-anak dan kaum muda dalam mencari jati diri.

“Pada dasarnya kehadiran teknologi itu untuk menyelesaikan persoalan. Jadi, bukan masalah aplikasinya,” kata Devie yang juga merupakan akademisi di Universitas Indonesia, seperti yang dikutip LutimNews.com, Rabu (4/7).

Devie menilai anak-anak dan remaja yang masih di tahap tumbuh kembang seharusnya mendapat pengawasan dan pengarahan dari orang tua agar tidak melenceng.

Menurutnya, orang tua memiliki peranan penting dalam membantu anak agar tidak menggunakan Tik Tok ke arah negatif.

“Sebagai anak-anak, pilihan mereka sebenarnya terbatas. Tapi, orang tua membiarkan mereka 24 jam bersama gadget, orang tua tidak mengarahkan mereka bagaimana menggunakan aplikasi Tik Tok dengan baik dan benar. Orang tua tidak menjadi mentor untuk anak,” tambahnya.

 

Alih-alih menyalahkan pemerintah, ia menilai orang tua jadi pihak yang patut disalahkan dan mendapat hukuman karena tidak mampu mengarahkan anak dengan benar. Hukuman yang bisa dijatuhkan dapat berupa sanksi sosial dari masyarakat.

“Orang tua harus mendapatkan sanksi sosial berupa denda atau kerja sosial untuk membangun diet gadget yang tepat sesuai kebutuhan anak,” ucapnya.

Aplikasi Tik Tok sendiri belakangan populer setelah viral di media sosial dan kalangan remaja, hingga memunculkan sosok Bowo Alpenliebe sebagai ‘artis’ dari platform tersebut.

Di sisi lain, masyarakat menilai penggunaan aplikasi tersebut justru kian meresahkan karena banyak mengandung konten negatif yang dianggap bisa merusak generasi muda.

(****)